Hari itu hari minggu tepatnya, disuatu pagi yang sebenarnya cuacanya kurang mendukung untuk melakukan sebuah perjalanan, namun komitmen terlanjur terbangun karena memang sudah sejak awal ada janjian dengan teman-teman. Perjalanpun di mulai pukul 09.30 dengan memutar gas sepeda motor. Namun perjalanan saya berhenti di Sumberbening. Berhenti karena ada yg mengusik dalam hati, dan akhirnya ku hentikan sepeda motorku di dekat jembatan dan kebetulan ada orang di gubug sedang menunggu padi yg telah menguning, saya pun bergabung dan ikut duduk di dalam gubug yang teduh, lalu ku ucapkan salam untuk menyapa bapak-bapak tadi dan dia menyambutku dengan ramah.
Sejenak kita ngobrol ngalor ngidul, dia bertanya mau kemana mas, oh anu pak, mau ke pandean, sendirian mas, iya pak, la rencana bareng-bareng bertiga tapi akhirnya teman-teman memutuskan untuk berangkat sendiri-sendiri, setelah saya SMS kata temen-temen ketemuan di sebuah Cafe KPK (Kopi Pinggir Kali) Desa Pandean, Kecamatan Dongko pak dan malah sekarang ada yang sudah sampai sana.
Hingga sampailah tatapan mata saya menatap aliran sungai, menatap ke atasnya ada jembatan, menatap keatasnya lagi ada gunung dan terlihat kayaknya ada hutan rimba disana. Tak kuasa mulut ini tuk tetap diam, akhirnya ku layangkan beberapa pertanyaan, pak itu gunung apa? Gunung Semungklung mas. Ladalah, melihat hutan rimba seperti itu dan adanya aliran sungai maka tak ayal hati ku terhentak, mungkin kah ada air terjunnya? Tak kuasa hati ini untuk tetap diam, akhirnya kuberanikan diri tuk bertanya: pak, apa di gunung itu ada air terjunnya? Ada jawabnya... Jreng-jreng... Gak tau kenapa hati ini begitu ber bunga-bunga. Tak sabar kulanjutkan pertanyaanku: tinggi pak? Yaa lumayan tinggi mas, wong air terjunnya itu bertingkat, ada dua tingkat, tapi gak ada kedungnya mas katanya, masak pak gak ada genangan airnya, ya ada mas tapi dangkal, paling se lutut atau se pinggang... Wah, la ini... Ada air terjun tingkat 2, lumayan tinggi, ada kedungnya tapi tidak dalam, wow.. Bisa buat Ciblon (mandi) ini... hehehe, hatiku tersenyum lega... Lalu kulanjutkan pertanyaanku: apa nama air terjunnya pak? Jurug Pletuk mas, jawabnya... Wooo kataku... Karena sudah merasa sudah cukup lama, dan sudah pulih dari lelahnya berkendara, akhirnya aku pamitan dan melanjutkan perjalanan ke Pandean, Dongko menuju markas KPK.
Dalam perjalanan dari Sumberbening ke Pandean hati ini semakin bersemangat, mungkin karena dapat info baru tentang adanya Jurug Pletuk. Dalam hati mengatakan bahwa suatu saat nanti akan aku telusuri Jurug Pletuk tersebut.
Sesampainya di markas KPK sudah ada sekitar 10 orang. Ada mas Ozi Saja, ada mas Aang Fauzi, ada mas Rachmad Christian, ada mas Harun Ae dan mas Agus Yayang Darmawan, itu saja yang aku kenal dan kenalnyapun lewat medsos. Aku melewati depan Cafe KPK dan tiba-tiba ada yang menyapa, hee.. kene lo.. Setelah saya lihat ternyata mas Ozi Saja sudah duduk nyantai disana... Akhirnya saya parkir sepeda motor dan turun masuk ke Cafe KPK. Saya salami semuanya, namun pada diem semua, gak ada yang menyambut deng an sebuah sapaan, cuma sedikit senyum namun wajahnya mereka penuh tanya, mungkin dalam hati bertanya, siapa gerangan orang ini, memakai baju serba hitam?
Saya mengenal beberapa orang tapi mereka gak tau saya, termasuk mas harun yg punya KPK juga gitu, mungkin dalam hatinya penuh tanya, ini siapa? Padahal di medsos sudah berbicara banyak hal, seperti saat saya ke gunung gemblung dan ketemu pertama kali dengan pak Che Cucilo, mas Ivan Noe Setiyawan, pak Indro Sembodo dan kawan-kawan. Saya mengenal mereka semua tapi mereka tak kenal saya, dalam hati saya tersenyum, sedikit aneh dan lucu, karena di medsos kita akrab dan dekat, tapi di dunia nyata kita diem-dieman kaya orang gak kenal hehehe... hanya mas Ibnu Wijayanto yang berani menebak siapa saya, mas Yokitamaju Jaya ya, iya mas jawabku, kok tua ternyata. Waduh.. aku katanya sudah tua padahal masih terbilang muda. Hal ini terjadi karena saya tidak pernah Up Load foto saya, jadi wajar kalau beberapa orang bertanya-tanya. Malah yang lucu pak Che Cucilo bilang kalau saya dukun, karena katanya tiba-tiba muncul dari balik semak.
Sesampainya di markas KPK sudah ada sekitar 10 orang. Ada mas Ozi Saja, ada mas Aang Fauzi, ada mas Rachmad Christian, ada mas Harun Ae dan mas Agus Yayang Darmawan, itu saja yang aku kenal dan kenalnyapun lewat medsos. Aku melewati depan Cafe KPK dan tiba-tiba ada yang menyapa, hee.. kene lo.. Setelah saya lihat ternyata mas Ozi Saja sudah duduk nyantai disana... Akhirnya saya parkir sepeda motor dan turun masuk ke Cafe KPK. Saya salami semuanya, namun pada diem semua, gak ada yang menyambut deng an sebuah sapaan, cuma sedikit senyum namun wajahnya mereka penuh tanya, mungkin dalam hati bertanya, siapa gerangan orang ini, memakai baju serba hitam?
Saya mengenal beberapa orang tapi mereka gak tau saya, termasuk mas harun yg punya KPK juga gitu, mungkin dalam hatinya penuh tanya, ini siapa? Padahal di medsos sudah berbicara banyak hal, seperti saat saya ke gunung gemblung dan ketemu pertama kali dengan pak Che Cucilo, mas Ivan Noe Setiyawan, pak Indro Sembodo dan kawan-kawan. Saya mengenal mereka semua tapi mereka tak kenal saya, dalam hati saya tersenyum, sedikit aneh dan lucu, karena di medsos kita akrab dan dekat, tapi di dunia nyata kita diem-dieman kaya orang gak kenal hehehe... hanya mas Ibnu Wijayanto yang berani menebak siapa saya, mas Yokitamaju Jaya ya, iya mas jawabku, kok tua ternyata. Waduh.. aku katanya sudah tua padahal masih terbilang muda. Hal ini terjadi karena saya tidak pernah Up Load foto saya, jadi wajar kalau beberapa orang bertanya-tanya. Malah yang lucu pak Che Cucilo bilang kalau saya dukun, karena katanya tiba-tiba muncul dari balik semak.
Setelah beberapa saat kita ngobrol, datanglah rombongan sekitar 7 orang dari Mbolang Trenggalek dan akhirnya kita putuskan untuk segera berangkat menuju ke Jurug Angin terlebih dahulu, karena cuaca gelap seakan mau turun hujan. Tak luput dari perkiraan, dapat separo perjalanan hujanpun turun dan akhirnya kita berteduh sesaat.
Setelah hujan reda kita lanjutkan perjalanan ke jurug angin, yang berada di Desa Watuagung Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek sesampainya di lokasi, ternyata di jurug angin ada pohon yg baru di tebang melintang di air terjun dan menghalangi indahnya pemandangan jurug, akhirnya kiga putuskan untuk membersihkan pohon tumbang tersebut... dengan meminjam golok dan sabit pada warga yag dekat dengan jurug angin dan setelah bersih baru kita foto-foto. Namun saya tidak ikut-ikutan mengambil gambar dikarenakan ini adalah kali ke dua saya ke jurug angin dan merasa bahwa apa yang saya dapatkan pada saat pertama kali ke jurug angin dulu itu lebih baik gambarnya karena saat itu cuaca cerah, sementara saat ini cuaca sedang tidak bagus karena langit biru tertutup mendung dan keadaanpun gerimis sehingga malas untuk mengeluarkan ponsel, karena gak mau ponselnya kena air.
Saat itu saya merasa mengenal sosok pria yang memakai kaos kuning yang dan alhamdulillah benar dugaan saya bahwa dia adalah mas Bumi Dan Langit (nama di medsos) yang juga gak kenal saya, padahal di medsos akrab, hehehe... Enak-enak foto hujan turun lagi dan akhirnya kamipun beranjak meninggalkan jurug angin dan melanjutkan ke Goa Pertapan. Namun hujan semakin deras akhirnya kita putuskan untuk berteduh di rumah warga tempat kami menitipkan sepeda, karena sebagian besar dari kami tidak membawa jas hujan. Cukup lama juga kami berteduh, ya sekitar 1 jam.
Setelah hujan reda kamipun segera bergegas menuju Goa Pertapan yang jaraknya sekitar 4 km dari Jurug Angin. Sesampainya di Goa Pertapan kamipun memarkir motor-motor kmi di tepi jalan karena memang belum di sediakan tempat parkir dan goanyapun belum dikelola atau mendapat sentuhan dari siapapun baik pemerintah desa maupun pemerintah kabupaten, hanya sekelompok pemuda desa yang memiliki semangat tinggi untuk membangun goa menjadi tempat wisata yang layak dikunjungi, namun tentunya membutuhkan dukungan karena tanpa dukungan mustahil bisa maksimal karena untuk membangun tempat wisata Goa Pertapan ini tentunya membutuhkan biaya dan tenaga yang tidak sedikit dan mengingat medan yang dilalui cukup ekstrim.
Awal mengenal Goa Pertapan adalah berawal dari postingan mas Harun Ae di medsos, yang menampilkan foto-foto Goa Pertapan. Hati ini bersyukur saat mengetahui postingan tersebut karena ini artinya bertambah lagi destinasi wisata di Trenggalek. Sebenarnya tentang Goa Pertapan ini saya sudah mendengar sejak dulu dari sebuah obrolan di medsos.
Yang menarik dari Goa Pertapan dan membuat ingin menelusurinya adalah adanya kabar bahwa goa ini sangat dalam, saking dalamnya katanya pernah ada yang menelusuri dalamnya Goa dimulai jam 8 pagi sampai jam 3 sore belum sampai ujung goa akhirnya diputuskan untuk kembali lagi. Ada lagi yang mengatakan bahwa ujung goanya ada di Gunung Pulosari yang berbatasan dengan Kecamatan Munjungan yang jaraknya dari mulut goa diperhitungkan ada kalau 5 km, jadi kalau kita sudah sampai di mulut goa gunung Pulosari maka Kecamatan Munjungan aka kelihatan, bahkan ada yang bilang goa ini tembus leter S jalan Dongko-Panggul, yang katanya goanya kelihatan dati jalan wow... sangat panjang goanya. Dan yang menarik lagi adalah bahwa goa ini dijadikan tempat oleh para wali untuk bertapa. Untuk itu pesan para sesepuh bahwa jika kita berkunjung ke Goa Pertapan di suruh berhati-hati, jangan sampai melakukan sesuatu yang tidak baik seperti berbuat maksiat, buang air sembarangan, jadi harus mejaga sikap tingkah laku dan sopan santun. Jadi kalau berkunjung ke goa sebaiknya buang air dulu. Ini menurut para sesepuh yang tidak ada jeleknya jika dituruti.
Setelah memarkir sepeda motor tadi kami menuruni jalan setapak yang cukup ekstrim karena cukup curam, apalagi kondisi saat itu gerimis mengundang, hehe... kayak lagu saja... dan benar saja akhirnya sayapun terpeleset walau tak sampai terjatuh. Setelah sampai di dataran hati cukup lega, namun tantangan untuk mencapai goa belum berakhir karena harus menyeberangi sungai dan dalam hati juga berfikir, wah kalau banjir ini bagaimana? Selain tantangannya melewati air, kami juga harus melewati batu-batu cukup besar, tapi kami bersyukur teman-teman komunitas goa pertapan telah membuatkan jembatan dari bambu.
Setelah berhasil meyeberangi sungai, ternyata masih ada satu tantangan lagi yaitu menaiki tebing bebatuan karena mulut goa posisinya berada agak diatas tapi masih bisa dijangkau dengan mendaki tebing. Sesampai di depan goa sekali lagi kami di uji karena mulut goa terhitung sempit, untuk itu saat masuk goa harus berhati-hati dan masuk secara perlahan dan jangan sampai lupa menyiapkan lampu senter atau sentolop.
Setelah berhasil melewati mulut goa rasanya lega, selain telah berhasil melewati mulut goa yang sempit rasa lega timbul karena di dalam goa ternyata cukup luas, yang mana ruangan goa ini bisa dianggap sebagai ruang tamunya.
Setelah cukup puas menikmati ruang tamu goa kita lanjut ke ruang berikutnya, namun untuk bisa masuk ke ruang berikutnya kami harus melewati lorong sempit yang hanya bisa di lewati satu orang saja, namun setelah berhasil melewati lorong sempit tersebut sekali lagi ada ruangan goa yang cukup luas, dan ada batuan goa yg menyita perhatian karena saat di sorot cahaya maka batu tersebut kerkerlip seakan mengandung intan permata.
Dan yang menyita perhatian lagi adalah ada lobang tempat cahaya masuk seakan jendela, sayang ada batu yang meutupinya sehingga kami tak bisa menengok keluar. Setelah dirasa cukup explore ruangan demi ruangan goa ini akhirnya kami keluar dari goa.
Lega rasanya setelah keluar dari goa dan menurut pemandu ternyata ada goa satunya lagi yang lebih lebar mulut goanya, berada 5 meter di sebelahnya mulut goa yang yang barusan kami masuki. Gambar di bawah ini adalah suasana di luar goa yang posisi memotretnya berada di depan mulut goa atau membelakangi mulut goanya, sedangkan foto ke dua adalah foto mulut goa yang satunya, yang mana mulut goa berada di belakang orang yang berdiri di atas batu itu.
Karena penasaran segera saja kami memasuki ruangan goa tersebut, dan memang goa ini cukup membuat kami takjub karena selain sebelumnya tidak menyangka di tempat ini ada goanya juga takjub karena pemandangan dalam goa yg cukup indah dan di goa ini tidak membutuhkan senter sebab suasana dalam goa yang cukup terang karena mulut goanya cukup lebar.
Ternyata setelah kita masuk lebih dalam ada semacam jendela yang cukup lebar dan setelah menengok keluar, pemandangan di luar cukup indah karena kita melihat sungai dan tebing batu yang tinggi menjulang.
Yang menakjubkan lagi ada air terjun di bawah tebing yang menjulang tadi, dan menurut keterangan pemandu, tepat dari keluarnya air terjun tadi adalah mulut goa yaitu Goa Banyu namanya. Menurut pemandu goa bannyu ini akan terus mengeluarkan air walaupun saat musim kemarau, bahkan beberapa warga memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Cara mengambil air ya dengan cara memasuki goa banyu tersebut dengan memanjat tebing yang cukup tinggi, kemudian menarik selang ke dalam goa dan memasang ujung selang di tempat keluarnya sumber air. Goa yang unik, ingin rasanya suatu saat nanti masuk menelusuri Goa banyu.
Setelah puas memandang goa banyu, kami kembali ke ruangan tengah goa di situ semacam ada taman yg cukup unik, kurang tahu siapa yang membuat atau menata taman seperti itu.
Saya mencoba memandang keseluruh sudut goa dan memang cukup indah goa ini dan goa ini tergolong goa kering karena lantai goa dan dinding goa terlihat kering. Tatapan mata saya seketika melihat ada satu ruangan yang cukup gelap dan pemandu bilang jangan masuk kesana karena ada luweng atau semacam lobang besar vertikal yang cukup dalam, dan menurut keterangan itulah mungkin yang di maksud dengan lorong goa yang bisa tembus Gunung Pulosari yang jaraknya 5 km dari goa ini.
Goa Pertapan berada di desa Watuagung, namun kayaknya hanya bisa di akses lewat desa Pandean dan sebenarnya letak goa ini berada sekitar 2 km sebelum Air terjun Jurug Waru, jadi goa ini sejalur dengan jurug waru. Tepatnya di koordinat -8.241132, 111.524645 atau sekitar 41 km dari alun-alun Kota Trenggalek. Sedangkan untuk rutenya bisa mengikuti Google Map.
Demikiaan penelusuran Goa Pertapan, jadi dapat dipastikan bahwa Trenggalek memiliki destinasi wisata baru. Saya mohon maaf jika foto atau gambar yg di sajikan kurang baik kualitasnya karena pengambilan gambar hanya menggunakan kamera ponsel. Semoga destinasi baru ini menginspirasi kita untuk senantiasa mengagungkan Sang Pencipta yang telah menciptakan alam demikian hebatnya. Untuk itu mari kita jaga, kita nikmati, kita syukuri.
NB: Semua foto by Yokitamaju Jaya